Jumat, 23 November 2012

Operasi Sederhana Atasi Kebutaan Warga Sumatera Utara

Operasi sederhana tanpa jahitan yang dilakukan seorang dokter Nepal tanpa biaya mengatasi kebutaan lebih dari 1.000 warga Sumatera Utara.

Maskut, 70, hendak memegang hidung Dr. Sanduk Ruit untuk membuktikan ia sudah bisa melihat setelah operasi mata. (AP/Binsar Bakkara)
​​“Saya sudah buta selama tiga tahun, dan rasanya parah,” ujar Arlita Tobing, 65, yang pulih penglihatannya setelah operasi. “Tadinya saya bekerja di perkebunan milik orang lain, tapi setelah itu tidak bisa bekerja lagi.”

​​Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kebutaan tertinggi, membuatnya menjadi target bagi Ruit yang berkeliling ke negara-negara berkembang dan mendirikan tenda mata massal sambil melatih dokter melakukan prosedur sederhana tanpa jahitan yang ia pelopori. Ia seringkali berkunjung ke daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau, dimana layanan kesehatan sangat minim dan para warganya miskin. Ia yakin dengan mengajari dokter melakukan metode penghilangan katarak yang ia pelopori, angka kebutaan di dunia dapat berkurang.

Katarak merupakan sebab utama kebutaan di dunia, diderita oleh sekitar 20 juta orang yang sebagian besar tinggal di negara-negara miskin, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

“Kita hanya hidup satu kali, dan waktunya sangat singkat. Saya bersyukur pada Tuhan mendapatkan kesempatan ini,” ujar Ruit, yang mengelola Pusat Mata Tilganga di Katmandu, Nepal.

“Hal yang terpenting dari ini semua adalah pelatihan, membagi ide ini pada orang lain.”
Pada kamp-kamp baru-baru ini, Ruit melatih enam dokter dari Indonesia, Thailand dan Singapura. (AP/Binsar Bakkara)

Tidak ada komentar: