Dari karim di Sul-Sel
Assalamu ‘alaikum
Warohmatullahi Wabarokatuh
Pendengar Nurani yang budiman
Aku adalah seorang
pria yang terlahir dari sebuah keluarga yang pas-pasan, dalam keseharianku,
orang-orang akrab menyapaku dengan nama ‘Karim’, aku adalah anak bungsu
dari 2 bersaudara, kakakku adalah seorang muslimah bernama
salamah..meskipun hidup dengan ekonomi yang pas-pasan tapi kedua orang tuaku
selalu memberikan yang terbaik buat kami anak-anaknya, mulai dari fasilitas
hingga pendidikan yang layak untuk kami. Usiaku sendiri terpaut sangat jauh
dengan kakakku salamah, diantara kami terdapat perbedaan usia yang sangat
jauh yakni 12 tahunan, entah apa motifasi orang tuaku sehingga kehadiran
anak-anaknya ditengah kehidupan mereka begitu jauh pautan & perbedaannya,
tapi Alhamdulillah aku sendiri merasa tidak kurang kasih saying dari mereka
termasuk dari kakakku…
Pendengar Nurani yang
baik
Sebelum memamuski
polemic hidupku.., aku ingin mengilas balik sedikit perjalanan masa kecilku dan
perjalanan singkat dari kakakku salamah yang seorang aktifis dakwah
dikampusnya, dan semua ini aku kisahkan disini bukan semata-mata meng-ghibah
kakakku atas sikapnya dulu selama menjadi aktifis muslimah, tapi semua ini
kukisahkan dengan harapan agar bias menjadi ibroh buat pendengar sekalian, dan
tulisanku tentang kehidupan singkat kakakku ini juga sudah atas persetujuan
beliau….
Pendengar Nurani yang
budiman
Terlahir sebagai anak
tertua, membuat kakaku hidup digelimangi kasih saying dari papa dan mama bak
seorang putri raja, semua yang diinginkannya harus terpenuhi, dan sikap
memanjakan yang berlebihan dari mama dan papa kala itu membuat kakakku menjadi
pribadi yang keras, dan selalu mengandalkan orang tua dalam segala hal.., mama
dan papa juga seolah tidak memiliki kekuatan untuk menolak keinginan kakakku
kala itu, sehingga mereka terkesan lemah dihadapan kakakku, tetapi kerasnya
sikap kakakku saat itu hanya sebatas pada keinginan dan kemanjaan dari seorang
anak terhadap orang tuanya semata yang oleh kedua orang tuaku masih mereka
maklumi. Semula hamper semua orang mengira bahwa kakakku dewasanya akan menjadi
gadis yang susah diatur dan manja seperti prilakunya dimasa kecil dulu, tetapi
sebuah kesyukuran tersendiri buat keluarga bahwa ternyata kakakku mampu membawa
dirinya pada sebuah kehidupan yang lebih terarah, sebagai seorang mahasiswi
yang terbilang vocal, kakakku memilih menambatkan hatinya pada sebuah
organisasi islam dikampus, bukan saja sebagai anggota biasa, tetapi kakakku
juga menjadi seorang aktifis tulen yang selalu menajdi panutan dikalangan
mahasiswi muslimah lainnya, sebab karakter kakaku yang tegas dan disiplin dalam
organisasi begitu membuatnya terlihat lebih menonjol dari muslimah lainnya,
sehingga suatu hari seluruh keluarga besarku menerima kejutan besar dari
kakakku salamah, yah.., sebuah kejuatan yang begitu besar bagi keluarga saat
dia memilih mengenakan busana muslimah yang syar’I lengkap dengan cadarnya,
padahal kakaku sebelumnya hanya menggunakan busana muslimah sederhana dengan
jilbab segitiga sepinggang…, aku ingat betul reaksi keluagraku saat itu,
terutama papa.., beliau begita marah dan kecewa mendapati perubahan drastis
dalam diri kakakku, sebenarnya yang kuketahui dari mama, bahwa sebenarnya papa
tidak melarang atau mengintervensi kakakku dalam memilih aktif dalam ormas
islam dan menjadi aktifis tulen dengan segudang aktifitasnya, yang papa
inginkan saat itu adalah bahwa kakakku tampil dengan busana muslimah biasa yg
dulunya dia kenakan, sebab besar harapan papa untuk menjadikan kakakku pegawai
negeri sipil atau pekerja kantoran yang kelak bias menjadi tulang punggung
keluarga setelah papa dan mama memasuki masa tuanya..tapi sikap kerasnya
kakakku tak bias diditentang oleh kedua orang tuaku, sehingga membuat mereka
berusaha memahami kemauan putri tersayangnya itu, sejujurnya menyaksikan semua
itu aku juga sedikit kesal pada kakakku, sebab dia tidak bias menghadirkan
ketentraman bagi mama dan papa sebagai bentuk dakwah fardiyahnya, apalagi
masalah sikap dan karakternya sepulang dari kampus, begitu sangat bertolak
belakang dengan sikapnya ditengah ummat dan komunitasnya, mulai dari pakaiannya
yang tidak pernah dicuci sendiri, mamalah yang selalu mencucikan pakaiannya,
begitu juga dengan tugas-tugas rumahan wanita pada umumnya, kakakku sama sekali
tidak pernah menyentuh dapur untuk membantu mama, baik mencuci piring, menyapu
rumah atau memasak, yaa..kecuali pada saat-saat dia lapar dan hendak mencari
makanan barulah dia terlihat berada didapur…, pernah kudengar mama dan papa
membicarakan masalah kebiasaan kakakku yang tidak pernah berubah dari dulu,
padahal semula mereka menaru harapan besar bahwa begitu beragbungnya kakakku
pada komunitas muslimah yang selalu mengurus agama dan ummat maka akan member
angin segar buat mereka, paling gak pada hal-hal yang sifatnya sederhana,
seperti mulai mandiri dalam bersikap dan bertingkah laku dirumah. Beginilah
penggalan percakapan mama dan papa yang hingga hari ini belum hilang dari
benakku :
“Pa.., mama tuh
khawatir bangat dengan putri kita, sampai sedewasa ini, belum pernah mama lihat
dia tumbuh menjadi gadis yang mandiri, bagaimana tidak.., pakaiannya mama yang
nyuciin, makanannya mama yg harus siapin, bahkan menyapu saja yang paling
ringan sekalipun tidak pernah dia lakukan.., mama khawatir…, bagaimana bila dia
menikah nanti, sementara Allah hanya memberinya jodoh lelaki dengan penghasilan
pas-pasan dan tidak bias menyewa pembantu rumah tangga…”ujar mamaku dengan
kecemasannya.
“iya ma.., papa juga
jujur cemas memikirkan hal ini, sebenarnya sih papa sedikit lega melihat dia
merubah sikapnya diluar.., mulai mengatur hidupnya sendiri dan mulai bergabung
dengan organisasi dakwah…, tapi ternyata semua itu tidak bias memberikan angin
segar buat kita sebagai orang tuanya, padahal sudah berbusana muslimah yang
baik.., bercadar lagi…hmmm…apa semua aktifis dakwah begitu ya ma.., yang
kerjanya hanya bias mendakwahi orang namun tidak bias mendakwahi diri sendiri…,
semoga saja anak kita si karim tidak akan mendapatkan istri bercadar dan
aktifis seperti kakakknya ya ma..” sela papaku menimpali..
“Amin..iya pak..,
semoga saja anak kita tidak menikah dengan gadis bercadar nanti pak..,
amit-amit deh.., bias-bisa mama akan dijadikan sebagai pembantunya lagi…” ujar
mamaku mengamini doa dari papaku…
Pendengar Nurani yang
budiman
Berdetak kencang
dadaku saat mendengar dialog mama dan papa saat itu, karena mereka telah
mendoakan aku dengan doa yang tidak semestinya mereka sampaikan..tapi sebagai
anak yang belum terlalu faham tentang masalah pernikahan aku hanya membiarkan
peristiwa itu terjadi tanpa memprotes pada kedua orang tuaku…, waktu terus
bergulir hingga suatu hari ada pria muslim yang dating kerumah menemui orang
tuaku dan bermaksud meminang kakakku untuk dijadikan pendamping hidupnya dan
penyempurna ½ dari agamanya, kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri saat itu
bahwa papapku begitu menginterogasi pria muslim yang hendak meminang kakakku
itu, dan hal pertama yang beliau pertanyakan adalah ekonomi dari sang pria itu
dan kemampuannya membahagiakan kakakku setelah menikah nanti, kudengar pria itu
menjawab bahwa dia hanya terlahir dari keluarga sederhana dan memberi harapan
pada orang tuaku bahwa insya Allah dia akan berusaha membahagiakan kakakku
kelak setelah menjadi istrinya.., mendengar jawaban pria itu papaku menarik
nafas panjang lalu berujar dengan tegas kepada sang pria, dengan sebelumnya
meminta maaf karena lamaran dari pria itu ditolak olah papa…, papaku juga
member pertimbangan kepada sang pria tentang kondisi kakakku yang belum
memiliki modal untuk membahagiakan suaminya kelak karena hingga usianya yang
sudah layak berkeluarga kakakku masih belum punya keahlian bekerja sebagai ibu
rumah tangga, dengan terang-terangan tanpa menyembunyikan kebiasaan kakakku
selama dirumah, papa dengan polosnya menjelaskan bahwa kakakku tidak bias
mencuci pakaian, tidak pandai memasak, tidak bias mencuci piring, tidak punya
keahlian menyetrika pakaian bahkan tidak tahu menyapu lantai…aku begitu
tercengang saat mendengar semua kepolosan bapak menjelaskan tentang siapa
kakakku sebenarnya, semula aku sempat emosi mendengarnya sebab merasa bahwa
tidak sedikitpun papa memberikan pembelaan atau pujian pada putrinya, hingga
akhirnya emosi itu mereda saat mendengar penjelasannya kepada pria itu bahwa
kejujuran papaku saat itu disebabkan beliau tidak ingin ada penyesalan
dibelakang hari pada diri pria muslim itu setelah terjadi akad nikah diantara mereka.
Kulihat dari balik pintu rumah, pria muslim itu tak memberi komentar balik atas
kejujuran papaku saat itu selain mengiyakan dan memilih untuk mundur dari
pinangan itu, meskipun sedih dengan batalnya kakakku dipinang pria muslim itu,
tapi jauh dilubuk hatiku terbesit rasa lega dengan kejujuran papaku saat itu,
sebab apa jadinya rumah tangga kakakku nanti bila dia tidak mampu
memberikan pelayanan yang baik untuk keluarganya, sementara suaminya sendiri
tak mampu membayar pembantu dirumahnya
Pendengar nurani yang
budiman
Dua kali kakakku
pernah dilamar oleh pria muslim, tapi lagi-lagi harus gagal dan berakhir dengan
pengunduran diri mereka dari niat suci itu saat mendengar presentasi langsung
dari papapku, tapi anehnya kakakku seolah tidak mampu menganalisa mengapa 2kali
lamaran untuk dirinya itu harus gagal, padahala masalahnya hanya sedikit saja,
yah, andai saja dia mau belajar untuk menjadi wanita seutuhnya dengan
mempelajari hal-hal yang menjadi modal baginya kelak bila diperisitri oleh
seorang pria maka mungkin kegagalan dalam pelamaran itu tidak mesti
terjadi..yang kusaksikan dia justru semakin asyik dengan dunianya mengrus ummat
lewat media dakwah yang menaunginya. Hingga akhirnya begitu selasai kuliahnya
dan kakakku berhasil menamatkan S1 Ekonominya, akhirnya papa menikahkannya
dengan mas anto, pria muda yang memiliki usaha rental mobil dan Percetakan, mas
anto juga masih memiliki ikatan keluarga dengan papaku dan kakakku tidak bias
berkutik dengan keputusan papa saat itu, sebab saat keputusan itu diambil oleh
papa, jelas sekali kulihat bahwa inilah kali pertama papa tegas dan tidak
meminta pertimbangan sedikitpun pada kakakku mengenai keputusannya, dan akupun
menyaksikan bahwa inilah kali pertama kakakku tidak berani membantah keputusan
papa, dengan bergulirnya waktu akhirnya kakakku resmi diperistri oleh mas anto
dan diboyong kerumahnya.
Pendengar Nurani yang
baik
Waktu terus berganti
sesuai ketetapan ilahi, sementara aku telah tumbuh menjadi pria dewasa,
diusiaku yang memasuki 23 tahun aku diperkenalkan oleh sahabat SMAku tenatang
sebuah system belajar islam yang syar’I melalui sebuah organisasi islam yang
telah eksis dalam dakwahnya bertahun-tahun, dari situlah aku memulai pertama
kalinya karirku sebagai Pegawai Negeri Allah, belajar ilmu syar’I dan kemudian
berusaha mengamalkannya dan mengajarkannya pada yang lainnya, dan hingga hari
ini tak terasa 4 tahun sudah aku telah eksis mengikuti pembinaan islam
intesif diorganisasi itu. Alhamdulillah Allah masih memberiku semangat
dan ghiroh yang luar biasa untuk menuntut ilmu syar’I dan istiqamah dijalannya,
kebahagiaan lain yang kurasakan juga adalah akupun telah berhasil menyandang
gelar S.Pd tahun 2010 kemarin, lalu kemudian surat lamaranku berhasil
mengalahkan berkas-berkas pelamar lain dan aku resmi diterima menjadi salah
satu karyawan diperusahaan swasta yang ada didaerahku. Lengkap sudah
kebahagiaanku saat itu, hingga kuputuskan untuk segera menyempurnakan ½ dari
agamaku, aku ingin segera mengakhiri masa lajangku diusiaku yang memasuki 27
tahun, dan niat itu sudah aku sampaikan pada usatd pembimbingku, beliau begitu
merespon positif niat baik itu dan berjanji akan mencarikan muslimah terbaik
untukku, terharu aku melihat begitu besarnya perhatian ustadz pembimbingku
padaku, beliau ternyata tidak hanya membekali mutarobbinya dengan ilmu syar’I,
tetapi beliau juga memilihkan muslimah-muslimah pilihan buat para mutarobbinya
sehingga bias saling mengingatkan setelah diikat oleh ikatan suci pernikahan
kelak, dan itu juga berlaku untukku, subhanallah…
Pendengar nurani yang
baik
Suatu hari aku ingat
betul hari itu hari selasa sekitar pukul 09.00 pagi, kujadikan moment itu untuk
menyampaikan niat tulusku untuk menikah itu pada papa, dengan harapan papa mau
mengerti aku dan mau mendukung niat tulusku, saat obrolan itu berlangsung, dan
disaat kuutarakan niatku untuk segera menikah karena sudah merasa mapan,
kulihat wajah papaku terlihat berbinar, sepertinya beliau merespon keinginannku
itu, bahkan saking senangnya mendengar niat baikku itu, papa beranjak kedapur dan
memanggil mama untuk membicarakan serius masalahku saat itu, Alhamdulillah
kulihat juga mama begitu gembira mendengarkan penjelasan papa mengenai
keinginanku untuk menikah, sepertinya mama dan papa memang ingin segera
melihatku berkeluarga, mengingat usiaku telah mapan untuk segera berkeluarga,
akan tetapi keceriaan diwajah mama dan papa saat itu berangsur hilang dan
berganti kemarahan saat kujelaskan bahwa insya Allah calon istriku adalah
seorang muslimah bercadar..
“Apa..?, calon istrimu
gadis bercadar..?, tidak..papa tidak setuju kau menikah dengan gadis bercadar
karim..papa tidak setuju, titik..!!” ujar papa dengan kemarahannya
"Papa..izinkan
aku menikah dengan wanita pilihanku.., dia gadis baik-baik pak..insya Allah
sholehah.., meskipun dia gadis bercadar tapi masih jauh lebih baik dari wanita
biasa pak..tolong restui aku.." ujar karim kepada bapaknya sambil
memelas..
“apa..??!!,
Restu..???!!, karim…apa kamu tega menjadikan mamamu pembantu sepanjang
usianya..?, atau kamu lupa kalau kemarin kakakmu juga bercadar dan seorang
aktifis dakwah katanya namun tidak bias berbuat apa-apa dirumah..??, dan kau
mau mendatangkan seorang ratu dan penguasa baru dirumah ini, yang nanti
bisanya hanya dakwah.., dakwah dan dakwah tanpa mampu memberikan pelayanan pada
keluarganya dan harus mengorbankan mamamu lagi seperti kakakmu kemarin karena
tidak punya kepandaian memasak, mencuci baju, menyetrika…??, tidak…, tidak
karim..!!, papa tidak ridho dengan semua ini…dan sampai kapanpun papa tidak
akan merestui niatmu itu…”ujar papa lagi dengan nada suaranya yang semakin
keras.
“Astagfirullah..nyebut
pa..nyebut…, papa jangan menghakimi semua gadis bercadar berprilaku seperti kak
salamah dong..belum tentu semua mereka seperti itu pa.. dan mungkin diantara
ribuan gadis bercadar didunia ini hanya bias dihitung dengan jari saja orang yg
memiliki kesamaan karakter dengan kakak dulu, papa hanya melihat mereka dari
satu sisi saja, papa belum melihat kelebihan-kelebihan mereka…, saya mohon pa..
Jangan terlalu
menghukumi semua gadis bercadar itu seperti kak salamah…” ujarku kembali dengan
nada memelas dhadapan papaku.
“Akkkkkkkhhh, pokoknya
papa tidak setuju dengan niatmu itu, kau itu anak lelaki..seharusnya member
kedamaian buat orang tuamu, apalagi mengahdirkan penghuni baru dirumah ini, kasihan
mamamu.., bias-bisa usianya habis hanya mengurus kita semua padahal kalian
sudah besar dan telah berkeluarga, kamu fikirkan matang-matang semua ini,
sebelum segalanya terlanjur terjadi, jangan sampai kau menyesal dibelakang
hari….camkan itu nak…” jawab papa menimpali ucapanku
“Papa…, aku mohon sama
papa.., jangan hanya menilai gadis-gadis bercadar itu dari satu sisi saja,
tidak semua mereka seperti kakak…, bahkan banyak kelebihan yang dimiliki mereka
yang tidak dimiliki wanita-wanita biasa pak, karim mohon sama papa, berikan
restu papa untuk karim..insya Allah dengan pernikahan ini karim akan
membuktikan bahwa istri karim jauh lebih baik dari gadis-gadis bercadar yang
ada dalam benak papa..izinkan karim membuktikan pada papa bahwa tidak semua
gadis bercadar itu pemalas seperti kak salamah..aku mohon pa…izinkan
karim membuktikannya…” ujarku lagi pada papa, yang akhirnya membuat papa
terdiam, aku tak tahu apa makna dari diamnya papa saat itu
Pendengar Nurani yang
baik
Hingga saat ini belum
ada sinyal lampu hijau dari kedua orang tuaku untuk mrestui niatku menikahi
gadis bercadar pilihan usadz pembimbingku…, aku juga sudah sampaikan hal ini
pada ustadzku dengan harapan agar beliau ikut memberikan solusi dari masalah
ini, paling tidak beliau akan berinisiatif untuk bertemu dengan orang tuaku
hingga hati mereka akan luluh dan merestui pernikahanku kelak…, amin
Wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar