Senin, 19 November 2012

Cinta & Harapan

Dari karim di Sul-Sel
Assalamu ‘alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Pendengar Nurani yang budiman
Aku adalah seorang pria yang terlahir dari sebuah keluarga yang pas-pasan, dalam keseharianku, orang-orang  akrab menyapaku dengan nama ‘Karim’, aku adalah anak bungsu dari 2 bersaudara, kakakku adalah seorang muslimah  bernama salamah..meskipun hidup dengan ekonomi yang pas-pasan tapi kedua orang tuaku selalu memberikan yang terbaik buat kami anak-anaknya, mulai dari fasilitas hingga pendidikan yang layak untuk kami. Usiaku sendiri terpaut sangat jauh dengan  kakakku salamah, diantara kami terdapat perbedaan usia yang sangat jauh yakni 12 tahunan, entah apa motifasi orang tuaku sehingga kehadiran anak-anaknya ditengah kehidupan mereka begitu jauh pautan & perbedaannya, tapi Alhamdulillah aku sendiri merasa tidak kurang kasih saying dari mereka termasuk dari kakakku…
Pendengar Nurani yang baik
Sebelum memamuski polemic hidupku.., aku ingin mengilas balik sedikit perjalanan masa kecilku dan perjalanan singkat dari kakakku salamah yang seorang aktifis dakwah dikampusnya, dan semua ini aku kisahkan disini bukan semata-mata meng-ghibah kakakku atas sikapnya dulu selama menjadi aktifis muslimah, tapi semua ini kukisahkan dengan harapan agar bias menjadi ibroh buat pendengar sekalian, dan tulisanku tentang kehidupan singkat kakakku ini juga sudah atas persetujuan beliau….
Pendengar Nurani yang budiman
Terlahir sebagai anak tertua, membuat kakaku hidup digelimangi kasih saying dari papa dan mama bak seorang putri raja, semua yang diinginkannya harus terpenuhi, dan sikap memanjakan yang berlebihan dari mama dan papa kala itu membuat kakakku menjadi pribadi yang keras, dan selalu mengandalkan orang tua dalam segala hal.., mama dan papa juga seolah tidak memiliki kekuatan untuk menolak keinginan kakakku kala itu, sehingga mereka terkesan lemah dihadapan kakakku, tetapi kerasnya sikap kakakku saat itu hanya sebatas pada keinginan dan kemanjaan dari seorang anak terhadap orang tuanya semata yang oleh kedua orang tuaku masih mereka maklumi. Semula hamper semua orang mengira bahwa kakakku dewasanya akan menjadi gadis yang susah diatur dan manja seperti prilakunya dimasa kecil dulu, tetapi sebuah kesyukuran tersendiri buat keluarga bahwa ternyata kakakku mampu membawa dirinya pada sebuah kehidupan yang lebih terarah, sebagai seorang mahasiswi yang terbilang vocal, kakakku memilih menambatkan hatinya pada sebuah organisasi islam dikampus, bukan saja sebagai anggota biasa, tetapi kakakku juga menjadi seorang aktifis tulen yang selalu menajdi panutan dikalangan mahasiswi muslimah lainnya, sebab karakter kakaku yang tegas dan disiplin dalam organisasi begitu membuatnya terlihat lebih menonjol dari muslimah lainnya, sehingga suatu hari seluruh keluarga besarku menerima kejutan besar dari kakakku salamah, yah.., sebuah kejuatan yang begitu besar bagi keluarga saat dia memilih mengenakan busana muslimah yang syar’I lengkap dengan cadarnya, padahal kakaku sebelumnya hanya menggunakan busana muslimah sederhana dengan jilbab segitiga sepinggang…, aku ingat betul reaksi keluagraku saat itu, terutama papa.., beliau begita marah dan kecewa mendapati perubahan drastis dalam diri kakakku, sebenarnya yang kuketahui dari mama, bahwa sebenarnya papa tidak melarang atau mengintervensi kakakku dalam memilih aktif dalam ormas islam dan menjadi aktifis tulen dengan segudang aktifitasnya, yang papa inginkan saat itu adalah bahwa kakakku tampil dengan busana muslimah biasa yg dulunya dia kenakan, sebab besar harapan papa untuk menjadikan kakakku pegawai negeri sipil atau pekerja kantoran yang kelak bias menjadi tulang punggung keluarga setelah papa dan mama memasuki masa tuanya..tapi sikap kerasnya kakakku tak bias diditentang oleh kedua orang tuaku, sehingga membuat mereka berusaha memahami kemauan putri tersayangnya itu, sejujurnya menyaksikan semua itu aku juga sedikit kesal pada kakakku, sebab dia tidak bias menghadirkan ketentraman bagi mama dan papa sebagai bentuk dakwah fardiyahnya, apalagi masalah sikap dan karakternya sepulang dari kampus, begitu sangat bertolak belakang dengan sikapnya ditengah ummat dan komunitasnya, mulai dari pakaiannya yang tidak pernah dicuci sendiri, mamalah yang selalu mencucikan pakaiannya, begitu juga dengan tugas-tugas rumahan wanita pada umumnya, kakakku sama sekali tidak pernah menyentuh dapur untuk membantu mama, baik mencuci piring, menyapu rumah atau memasak, yaa..kecuali pada saat-saat dia lapar dan hendak mencari makanan barulah dia terlihat berada didapur…, pernah kudengar mama dan papa membicarakan masalah kebiasaan kakakku yang tidak pernah berubah dari dulu, padahal semula mereka menaru harapan besar bahwa begitu beragbungnya kakakku pada komunitas muslimah yang selalu mengurus agama dan ummat maka akan member angin segar buat mereka, paling gak pada hal-hal yang sifatnya sederhana, seperti mulai mandiri dalam bersikap dan bertingkah laku dirumah. Beginilah penggalan percakapan mama dan papa yang hingga hari ini belum hilang dari benakku :
“Pa.., mama tuh khawatir bangat dengan putri kita, sampai sedewasa ini, belum pernah mama lihat dia tumbuh menjadi gadis yang mandiri, bagaimana tidak.., pakaiannya mama yang nyuciin, makanannya mama yg harus siapin, bahkan menyapu saja yang paling ringan sekalipun tidak pernah dia lakukan.., mama khawatir…, bagaimana bila dia menikah nanti, sementara Allah hanya memberinya jodoh lelaki dengan penghasilan pas-pasan dan tidak bias menyewa pembantu rumah tangga…”ujar mamaku dengan kecemasannya.
“iya ma.., papa juga jujur cemas memikirkan hal ini, sebenarnya sih papa sedikit lega melihat dia merubah sikapnya diluar.., mulai mengatur hidupnya sendiri dan mulai bergabung dengan organisasi dakwah…, tapi ternyata semua itu tidak bias memberikan angin segar buat kita sebagai orang tuanya, padahal sudah berbusana muslimah yang baik.., bercadar lagi…hmmm…apa semua aktifis dakwah begitu ya ma.., yang kerjanya hanya bias mendakwahi orang namun tidak bias mendakwahi diri sendiri…, semoga saja anak kita si karim tidak akan mendapatkan istri bercadar dan aktifis seperti kakakknya ya ma..” sela papaku menimpali..
“Amin..iya pak.., semoga saja anak kita tidak menikah dengan gadis bercadar nanti pak.., amit-amit deh.., bias-bisa mama akan dijadikan sebagai pembantunya lagi…” ujar mamaku mengamini doa dari papaku…
Pendengar Nurani yang budiman
Berdetak kencang dadaku saat mendengar dialog mama dan papa saat itu, karena mereka telah mendoakan aku dengan doa yang tidak semestinya mereka sampaikan..tapi sebagai anak yang belum terlalu faham tentang masalah pernikahan aku hanya membiarkan peristiwa itu terjadi tanpa memprotes pada kedua orang tuaku…, waktu terus bergulir hingga suatu hari ada pria muslim yang dating kerumah menemui orang tuaku dan bermaksud meminang kakakku untuk dijadikan pendamping hidupnya dan penyempurna ½ dari agamanya, kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri saat itu bahwa papapku begitu menginterogasi pria muslim yang hendak meminang kakakku itu, dan hal pertama yang beliau pertanyakan adalah ekonomi dari sang pria itu dan kemampuannya membahagiakan kakakku setelah menikah nanti, kudengar pria itu menjawab bahwa dia hanya terlahir dari keluarga sederhana dan memberi harapan pada orang tuaku bahwa insya Allah dia akan berusaha membahagiakan kakakku kelak setelah menjadi istrinya.., mendengar jawaban pria itu papaku menarik nafas panjang lalu berujar dengan tegas kepada sang pria, dengan sebelumnya meminta maaf karena lamaran dari pria itu ditolak olah papa…, papaku juga member pertimbangan kepada sang pria tentang kondisi kakakku yang belum memiliki modal untuk membahagiakan suaminya kelak karena hingga usianya yang sudah layak berkeluarga kakakku masih belum punya keahlian bekerja sebagai ibu rumah tangga, dengan terang-terangan tanpa menyembunyikan kebiasaan kakakku selama dirumah, papa dengan polosnya menjelaskan bahwa kakakku tidak bias mencuci pakaian, tidak pandai memasak, tidak bias mencuci piring, tidak punya keahlian menyetrika pakaian bahkan tidak tahu menyapu lantai…aku begitu tercengang saat mendengar semua kepolosan bapak menjelaskan tentang siapa kakakku sebenarnya, semula aku sempat emosi mendengarnya sebab merasa bahwa tidak sedikitpun papa memberikan pembelaan atau pujian pada putrinya, hingga akhirnya emosi itu mereda saat mendengar penjelasannya kepada pria itu bahwa kejujuran papaku saat itu disebabkan beliau tidak ingin ada penyesalan dibelakang hari pada diri pria muslim itu setelah terjadi akad nikah diantara mereka. Kulihat dari balik pintu rumah, pria muslim itu tak memberi komentar balik atas kejujuran papaku saat itu selain mengiyakan dan memilih untuk mundur dari pinangan itu, meskipun sedih dengan batalnya kakakku dipinang pria muslim itu, tapi jauh dilubuk hatiku terbesit rasa lega dengan kejujuran papaku saat itu, sebab apa jadinya rumah tangga kakakku  nanti bila dia tidak mampu memberikan pelayanan yang baik untuk keluarganya, sementara suaminya sendiri tak mampu membayar pembantu dirumahnya
Pendengar nurani yang budiman
Dua kali kakakku pernah dilamar oleh pria muslim, tapi lagi-lagi harus gagal dan berakhir dengan pengunduran diri mereka dari niat suci itu saat mendengar presentasi langsung dari papapku, tapi anehnya kakakku seolah tidak mampu menganalisa mengapa 2kali lamaran untuk dirinya itu harus gagal, padahala masalahnya hanya sedikit saja, yah, andai saja dia mau belajar untuk menjadi wanita seutuhnya dengan mempelajari hal-hal yang menjadi modal baginya kelak bila diperisitri oleh seorang pria maka mungkin kegagalan dalam pelamaran itu tidak mesti terjadi..yang kusaksikan dia justru semakin asyik dengan dunianya mengrus ummat lewat media dakwah yang menaunginya. Hingga akhirnya begitu selasai kuliahnya dan kakakku berhasil menamatkan S1 Ekonominya, akhirnya papa menikahkannya dengan mas anto, pria muda yang memiliki usaha rental mobil dan Percetakan, mas anto juga masih memiliki ikatan keluarga dengan papaku dan kakakku tidak bias berkutik dengan keputusan papa saat itu, sebab saat keputusan itu diambil oleh papa, jelas sekali kulihat bahwa inilah kali pertama papa tegas dan tidak meminta pertimbangan sedikitpun pada kakakku mengenai keputusannya, dan akupun menyaksikan bahwa inilah kali pertama kakakku tidak berani membantah keputusan papa, dengan bergulirnya waktu akhirnya kakakku resmi diperistri oleh mas anto dan diboyong kerumahnya.
Pendengar Nurani yang baik
Waktu terus berganti sesuai ketetapan ilahi, sementara aku telah tumbuh menjadi pria dewasa, diusiaku yang memasuki 23 tahun aku diperkenalkan oleh sahabat SMAku tenatang sebuah system belajar islam yang syar’I melalui sebuah organisasi islam yang telah eksis dalam dakwahnya bertahun-tahun, dari situlah aku memulai pertama kalinya karirku sebagai Pegawai Negeri Allah, belajar ilmu syar’I dan kemudian berusaha mengamalkannya dan mengajarkannya pada yang lainnya, dan hingga hari ini tak terasa 4 tahun sudah aku telah eksis mengikuti pembinaan islam intesif  diorganisasi itu. Alhamdulillah Allah masih memberiku semangat dan ghiroh yang luar biasa untuk menuntut ilmu syar’I dan istiqamah dijalannya, kebahagiaan lain yang kurasakan juga adalah akupun telah berhasil menyandang gelar S.Pd tahun 2010 kemarin, lalu kemudian surat lamaranku berhasil mengalahkan berkas-berkas pelamar lain dan aku resmi diterima menjadi salah satu karyawan diperusahaan swasta yang ada didaerahku. Lengkap sudah kebahagiaanku saat itu, hingga kuputuskan untuk segera menyempurnakan ½ dari agamaku, aku ingin segera mengakhiri masa lajangku diusiaku yang memasuki 27 tahun, dan niat itu sudah aku sampaikan pada usatd pembimbingku, beliau begitu merespon positif niat baik itu dan berjanji akan mencarikan muslimah terbaik untukku, terharu aku melihat begitu besarnya perhatian ustadz pembimbingku padaku, beliau ternyata tidak hanya membekali mutarobbinya dengan ilmu syar’I, tetapi beliau juga memilihkan muslimah-muslimah pilihan buat para mutarobbinya sehingga bias saling mengingatkan setelah diikat oleh ikatan suci pernikahan kelak, dan itu juga berlaku untukku, subhanallah…
Pendengar nurani yang baik
Suatu hari aku ingat betul hari itu hari selasa sekitar pukul 09.00 pagi, kujadikan moment itu untuk menyampaikan niat tulusku untuk menikah itu pada papa, dengan harapan papa mau mengerti aku dan mau mendukung niat tulusku, saat obrolan itu berlangsung, dan disaat kuutarakan niatku untuk segera menikah karena sudah merasa mapan, kulihat wajah papaku terlihat berbinar, sepertinya beliau merespon keinginannku itu, bahkan saking senangnya mendengar niat baikku itu, papa beranjak kedapur dan memanggil mama untuk membicarakan serius masalahku saat itu, Alhamdulillah kulihat juga mama begitu gembira mendengarkan penjelasan papa mengenai keinginanku untuk menikah, sepertinya mama dan papa memang ingin segera melihatku berkeluarga, mengingat usiaku telah mapan untuk segera berkeluarga, akan tetapi keceriaan diwajah mama dan papa saat itu berangsur hilang dan berganti kemarahan saat kujelaskan bahwa insya Allah calon istriku adalah seorang muslimah bercadar..
“Apa..?, calon istrimu gadis bercadar..?, tidak..papa tidak setuju kau menikah dengan gadis bercadar karim..papa tidak setuju, titik..!!” ujar papa dengan kemarahannya
"Papa..izinkan aku menikah dengan wanita pilihanku.., dia gadis baik-baik pak..insya Allah sholehah.., meskipun dia gadis bercadar tapi masih jauh lebih baik dari wanita biasa pak..tolong restui aku.." ujar karim kepada bapaknya sambil memelas..
“apa..??!!, Restu..???!!, karim…apa kamu tega menjadikan mamamu pembantu sepanjang usianya..?, atau kamu lupa kalau kemarin kakakmu juga bercadar dan seorang aktifis dakwah katanya namun tidak bias berbuat apa-apa dirumah..??, dan kau mau mendatangkan seorang ratu dan penguasa baru dirumah ini, yang nanti  bisanya hanya dakwah.., dakwah dan dakwah tanpa mampu memberikan pelayanan pada keluarganya dan harus mengorbankan mamamu lagi seperti kakakmu kemarin karena tidak punya kepandaian memasak, mencuci baju, menyetrika…??, tidak…, tidak karim..!!, papa tidak ridho dengan semua ini…dan sampai kapanpun papa tidak akan merestui niatmu itu…”ujar papa lagi dengan nada suaranya yang semakin keras.
“Astagfirullah..nyebut pa..nyebut…, papa jangan menghakimi semua gadis bercadar berprilaku seperti kak salamah dong..belum tentu semua mereka seperti itu pa.. dan mungkin diantara ribuan gadis bercadar didunia ini hanya bias dihitung dengan jari saja orang yg memiliki kesamaan karakter dengan kakak dulu, papa hanya melihat mereka dari satu sisi saja, papa belum melihat kelebihan-kelebihan mereka…, saya mohon pa..
Jangan  terlalu menghukumi semua gadis bercadar itu seperti kak salamah…” ujarku kembali dengan nada memelas dhadapan papaku.
“Akkkkkkkhhh, pokoknya papa tidak setuju dengan niatmu itu, kau itu anak lelaki..seharusnya member kedamaian buat orang tuamu, apalagi mengahdirkan penghuni baru dirumah ini, kasihan mamamu.., bias-bisa usianya habis hanya mengurus kita semua padahal kalian sudah besar dan telah berkeluarga, kamu fikirkan matang-matang semua ini, sebelum segalanya terlanjur terjadi, jangan sampai kau menyesal dibelakang hari….camkan itu nak…” jawab papa menimpali ucapanku
“Papa…, aku mohon sama papa.., jangan hanya menilai gadis-gadis bercadar itu dari satu sisi saja, tidak semua mereka seperti kakak…, bahkan banyak kelebihan yang dimiliki mereka yang tidak dimiliki wanita-wanita biasa pak, karim mohon sama papa, berikan restu papa untuk karim..insya Allah dengan pernikahan ini karim akan membuktikan bahwa istri karim jauh lebih baik dari gadis-gadis bercadar yang ada dalam benak papa..izinkan karim membuktikan pada papa bahwa tidak semua gadis bercadar  itu pemalas seperti kak salamah..aku mohon pa…izinkan karim membuktikannya…” ujarku lagi pada papa, yang akhirnya membuat papa terdiam, aku tak tahu apa makna dari diamnya papa saat itu
Pendengar Nurani yang baik
Hingga saat ini belum ada sinyal lampu hijau dari kedua orang tuaku untuk mrestui niatku menikahi gadis bercadar pilihan usadz pembimbingku…, aku juga sudah sampaikan hal ini pada ustadzku dengan harapan agar beliau ikut memberikan solusi dari masalah ini, paling tidak beliau akan berinisiatif untuk bertemu dengan orang tuaku hingga hati mereka akan luluh dan merestui pernikahanku kelak…, amin
Wassalam

Tidak ada komentar: